Sudah berapa kali terkena Covid-19?
Belum?
Yakin?
Saya percaya banyak orang yang sudah terkena Covid-19, baik sadar atau tidak. Bisa jadi sadar, tetapi tidak melakukan tes swab. Iya, tes swab dulu mahal. Sekarang udah turun sekali harga, namun tetap mikir juga kalau harus tes swab.
Saya merasa sudah kena virus ini lebih dari satu kali. Virus ini sudah seperti virus flu, ga selesai-selesai. Baru saja sembuh, eh kena lagi. Jarak paling dekat, yaitu sebulanan, sebulan kemudian kena lagi. Sampai bosan pokoknya. Bosan dengan sakit radang tenggorokan dan
Oiya, saya tidak melakukan tes swab sama sekali. Jadi, kebenarannya belum terbukti. Yang tes tetangga dan kakak saya. Saya percaya kalau positif juga. Saya hanya mengingat-ingat gejala dan efek yang saya alami. Oh, sama, berarti yes kena.
Kok bisa kena? Saya ke mana-mana pakai masker dan sering cuci tangan. Ketahuilah, klaster dusun apalagi keluarga itu bahaya banget. Memang benar anjuran tetap memakai masker sekalipun itu di rumah. Virus Covid-19 ini menyebar ke dusun semacam wabah flu dari arah timur, kemudian ke barat, terakhir ke utara. Merah semua sih kalau bisa ditandai. Tahu-tahu keluarga udah kena aja, eh saya pun akhirnya kena juga. Kondisi semacam ini sudah 3 kali, namun yang ketiga kalinya benar-benar tidak terduga. Hampir tidak ada tanda-tanda virus menyebar. Tahu-tahu tetangga ada yang masuk ke rumah sakit karena sesak nafas tanpa tahu penyebabnya, harus posisi duduk terus termasuk saat tidur. Saya kurang tahu apakah saat masuk rumah sakit, di-swab juga atau tidak. Yang pasti tidak ada keterangan positif. Saya percaya tetangga saya itu sebelumnya kena Covid-19.
Iya, efek Covid-19 ini cukup aneh dan panjang. Badan merasa sakit tanpa alasan yang jelas dan bisa terjadi berbulan-bulan lamanya. Saya pernah merasakan sakit kepala dan pusing yang tidak sembuh-sembuh selama 2 bulanan. Saya sering nangis saking capeknya ngerasain sakit kepala dan pusing. Gak cuma itu, saya juga merasakan linu di badan saya setiap harinya, semacam orang digebukin atau abis olahraga lari keliling lapangan. Saya sampai berkunjung ke fisioterapi 2 kali, menduga-duga kolesterol tinggi sampai tes darah, dan hampir ke dokter saraf. Guess what? Setelah saya sadar semua ini efek covid, saya berdamai dengan sakit saya, berangsur-angsur badan membaik walaupun kena lagi dan lagi.
Berdasarkan yang saya alami, berikut gejala dan efek panjang Covid-19 (long post covid syndrome).
1. Badan lemas dan linu seperti saat terkena virus flu
2. Mulai susah makan karena nafsu makan berkurang
3. Radang tenggorokan yang super sakit (udah diberi obat antinyeri, tapi cuma berkurang dikit sakitnya, radangnya ini bisa awet berminggu-minggu)
4. Lendir berlebih di bagian sinus (?) dan tenggorokan (?) (ini bisa merembet ke asam lambung, jadi gampang mual kayak bayi yang lagi pilek)
5. Otot leher mulai kaku dan bisa merembet ke area lain (bisa berakibat pusing tegang, lambung sakit, sesak nafas, dan badan linu sampai kaki kalau tidak segera ditangani)
6. Batuk
7. Rambut rontok seperti orang penyakitan parah
No. 4-6 berhubungan dengan no. 3 (radang tenggorokan). Jadi, segera tangani radang tenggorokannya.
Ga ada anosmia?
Saya kurang paham ya anosmia atau tidak. Pas pertama kali kena dulu, memang sempat penciuman berkurang sekitar 3 hari, tapi masih bisa mencium aroma secara tipis. Kenanya ini pas bumi sedang dingin-dinginnya. Hidung jadi ikutan dingin. Jadi, berkurangnya penciuman ini ga tahu gara-gara Covid-19, hawanya dingin, atau keduanya. Anehnya, setelah itu, saya bisa mencium bau gas di makanan dong. Terus bagaimana? Dimakan atau enggak? Ya, dimakan. Harus makan meskipun ga nafsu makan. Saat kena lagi, hidung lebih senditif dengan bau wangi. Sekarang sudah balik penciumannya? Udah lama baliknya kok.
Pilek enggak? Pilek hanya saya alami saat pertama kali kena. Berikutnya, badan lemas dan linu, radang tenggorokan, dan batuk yang ga jelas penyebabnya.
Gejala dan efek yang saya alami di atas belum tentu dialami oleh orang lain ya, tergantung respon tubuh masing-masing. Kok saya bisa ngerasain efeknya? Badan saya tu perasa. :')
Saya kena sebelum dan setelah vaksin. Ah, kombo kali. Yang terakhir saya kena ini, radangnya lebih sakit daripada yang sebelum-sebelumnya. Mungkin virusnya sudah mutasi.
Hayuk, yang belum vaksin, segeralah vaksin! Vaksin memang tidak mencegah virus masuk ke tubuh, namun akan membentuk antibodi terhadap virus tersebut. Jadinya, sakitnya ga parah. Divaksin itu enggak sakit-sakit amat kok, cuma kayak ditusuk jarum. :P
Posting Komentar untuk "Gejala dan Efek Panjang Covid-19"